Mungkin dari judulnya sudah terlihat apakah isi dari buku kali ini. Buku berjudul Ganyang Malaysia yang disusun oleh Efantino F. dan Arifin SN ini merupakan sebuah tinjauan historis pasang-surut hubungan Indonesia-Malaysia sejak zaman politik konfrontasi-nya Bung Karno sampai masalah klaim kebudayaan dan konflik Ambalat baru-baru ini.
Seperti yang mungkin sudah diketahui banyak pihak, konflik Indonesia-Malaysia ini sudah dimulai sejak masa awal kemerdekaan Malaysia dari Inggris tahun 1957. Pada masa itu, Pemerintah Indonesia sudah agak curiga pada Malaysia sebab kemerdekaan mereka didapatkan dari "pemberian" Inggris dan tanpa perjuangan yang sepadan.
Awalnya Pemrintah RI memberikan restu terhadap pembentukan Federasi Malaysia itu asalkan pembentukan itu "berdasarkan keinginan masyarakat Malaysia". Namun, terjadi pemberontakan di sebagian wilayah Kalimantan Utara yang menolak bergabung dengan Federasi. Pemberontakan itu dapat dipadamkan namun Pemerintah Indonesia mengangap hal itu menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat Malaysia ingin bergabung dengan Federasi. Bung Karno berpendapat bahwa pembentukan Federasi Malaysia oleh Pemerintah Inggris itu merupakan sebuah bentuk neokolonialisme baru. Dukungan Amerika terhadap Federasi semakin membuat rakyat Indoensia marah akhirnya Bung Karno mencangkan "Ganyang Malaysia!" (Peran Amerika di masa ini bisa dilihat di buku Indonesia Melawan Amerika)
Selain membahas hubungan Indonesia-Malaysia periode Orde Lama-Orde Baru, buku ini juga penuh dengan berita terbaru mengenai hubungan kedua negara serumpun ini, seperti, sebut saja, masalah pulau Sipadan-Ligitan, klaim budaya Indonesia oleh Malaysia, penyiksaan TKI, masalah Manohara, sampai konflik Ambalat.
Tidak hanya masalah politik seperti itu, masalah yang "tidak terlalu serius" seperti kepopuleran artis Malaysia di Indonesia sejak Sheila Majid sampai Siti Nurhaliza. Lalu juga bahasan lengkap mengenai fenomena sekarang ini ketika musik dan film Indonesia menguasai ranah hiburan Malaysia, yang sering disebut Indonesian Invasion. Dimulai sejak masa Hetty Koes Endang sampai serbuan berbagai penyanyi dan band Indonesia di ranah hiburan Malaysia, terutama Peter Pan yang menjadi band paling fenomenal di Malaysia. Tidak hanya musik, Indonesian Invasion juga dialami bidang perfilman. Dimulai dengan Ada Apa dengan Cinta, dilanjutkan film-film berkualitas Indonesia seperti Denias, Ayat-ayat Cinta, Perempuan Berkalung Surban, Laskar Pelangi, sampai Ketika Cinta Bertasbih. Film Ayat-ayat Cinta (AAC) sendiri menjadi film paling fenomenal di Malaysia dan bahkan melebihi fenomena AAC di Indonesia.
Dibahas secara objektif dan dari berbagai sudut pandang, buku ini memang sangat pantas untuk dibaca oleh berbagai pihak yang ingin menelusuri konflik Indonesia-Malaysia. Walaupun mungkin agak sulit ditemukan di toko buku (mungkin ya, baru terbit bulan ini sih), buku ini sangat direkomendasikan mengingat konflik Indonesia-Malaysia yang semakin memanas aja akhir-akhir ini (^_^).
No comments:
Post a Comment