Sunday, July 14, 2013

Vandaria Saga: NEDERA

Setelah sekian lama akhirnya saya berhasil juga mendapatkan novel Vandaria terbaru, NEDERA, karya mbak Alexia Chen. Jujur saja, saya mungkin merasa lebih senang lagi karena saya mendapat novel ini gratisan cuma karena iseng ikut nge-tweet waktu sedang mengerjakan proposal skripsi di perpustakaan (^_^). Yah, rezeki memang tidak hilang kemana-mana. Jadi, saya merasa bertanggung jawab untuk mereviewnya di blogku ini.

(Jujur saja, mbak Melody. Saya sempat khawatir nggak jadi dapat novel ini karena sudah lama ditungguin kok belum sampai juga di pondokan KKN saya)

Nedera adalah salah satu novel yang merupakan bagian dari Vandaria Saga, franchise fantasi karya anak bangsa terbaik dan terbesar saat ini. Semua orang dapat berkontribusi ke dunia Vandaria, baik apakah Anda menyukai novelnya, card game-nya (Vandaria Arkana!), atau sektor lainnya.  

Nedera bersetting di Provinsi Valta, Kerajaan Blackmoon. Yup, jika anda adalah seorang Vandarian mungkin Anda akan berpendapat, "Oke, Blackmoon lagi. Kurang-lebih jelaslah apa seting cerita utamanya." Untuk Anda yang belum mengetahuinya, yakinlah bahwa kisah Vandaria yang bersetting di Blackmoon (baca: menuju masa Invasi Kegelapan) menjanjikan kisah yang penuh aksi, misteri, cerita yang keren, (mungkin) horor, dan DEIMOS!!

Buku ini bercerita tentang sepasang kakak-beradik separuh frameless, Lyse dan Leofric. Lyse adalah seorang gadis yang menyenangkan. Awalnya, ia, kakaknya, dan kedua orantuanya tinggal dengan damai di desa Haven, provinsi Valta. Akan tetapi, setahun yang lalu kedua orangtuanya pergi secara mendadak dan belum kembali hingga saat ini. Sejak kepergian kedua orangtuanya, sifat kakak Lyse, Leofric, berubah. Sejak kepergian orangtua mereka Leofric menjadi lebih pendiam, dingin, dan keras. Leofric juga sangat protektif terhadap Lyse. Lyse merasa terasing dan kesepian. Mereka jarang memiliki waktu untuk bicara berdua. Leofric selalu menghindari pembicaraan tentang orang tua mereka.

Namun, permasalahan yang lebih mengerikan telah menanti. Sudah beberapa tahun terakhir ini Lyse dan Leofric merasakan semacam aura gelap yang menggantung di udara. Ini adalah hal yang aneh karena tidak ada manusia dan frameless biasa yang mampu merasakan aura gelap itu. Ibu mereka berpendapat bahwa itu adalah hal yang wajar sebagai separuh frameless yang mewarisi darah marga Tordynn, tetapi ia tidak menjelaskan apa yang menjadi penyebab aura itu. Rasa penasaran Lyse semakin menjadi karena aura itu menjadi semakin kuat sejak kepergian orang tua mereka dan karena Leofric menolak untuk membicarakannya. 

Akhirnya, pada suatu hari Lyse bertemu dengan seorang pemuda bernama Skys. Pemuda itu menarik perhatian Lyse karena banyak alasan. Akan tetapi, betapa kagetnya Lyse saat Skys meminta bantuannya untuk menyelamatkan adik dan desanya, Nedera, dari cengkeraman makhluk yang selama ini hanya dianggap sebagai legenda, Deimos. Deimos adalah makhluk kegelapan yang merupakan perwujudan kengerian dan berbagai aura negatif di Vandaria. Deimos dianggap sebagai lawan dari Vanadis, para pencipta dan pengatur. Deimos adalah penghancur dan perwujudan kekacauan. Konon, jauh di masa awal penciptaan, terjadi perang besar dimana Vanadis berhasil mengurung deimos di alam neraka, Reigner. 


Menurut cerita Skys, entah bagaimana caranya deimos telah berhasil menginjakkan kaki di Vandaria dan menyebar kengerian di banyak tempat, termasuk desa Nedera. Konon, para deimos telah merasuki penduduk Nedera, termasuk Faye, adik perempuan Skys. Skys berhasil menyelamatkan diri dari Nedera dan mengurung para deimos di dalam Nedera agar mereka tidak keluar dan mencari mangsa. Setiap senja berakhir, para deimos yang merasuki penduduk desa akan menunjukkan sosok asli mereka dan berusaha untuk keluar dari pelindung yang dibuat oleh Skys. 

Skys menolak untuk meninggalkan Nedera dan adiknya. Untuk itu ia meminta bantuan Lyse dan Leofric yang ia yakini mampu membantunya. Leofric tidak menyukai Skys dan awalnya tidak ingin berurusan dengan masalah ini. Akan tetapi, akhirnya Lyse dan Leofric tidak dapat duduk diam ketika ancaman deimos tidak hanya berhenti di Nedera, tetapi telah menjalar ke berbagai daerah termasuk desa mereka juga. Mereka menyadari bahwa di Masa Kegelapan ini mereka harus berjuang bersama untuk tetap selamat, dan oleh karena itu mereka pun membantu Skys untuk membebaskan Nedera dan adiknya.

Oke, langsung saja saya masuk review buku ini. Nedera sama sekali tidak mengecewakan. Lho, kenapa saya memilih kata-kata ini? Alasannya sederhana saja sih, karena para Vandarian terutama sudah terbiasa 'menelan' novel-Vandaria-bertema-deimos tulisan abang Fachrul. Jujur saja saya merasa ini merupakan sebuah sarana refreshing agar jajaran novel Road to Pandora tidak didominasi bukunya abang Fachrul (Wew, saya jelas masih menunggu Winterflame, bang!). Anda tidak perlu khawatir karena buku ini tetap memiliki unsur ketegangan, cerita keren, dan DEIMOS yang (menurut saya) jelas wajib ada di semua novel Road to Pandora. Saya bahkan dapat mengatakan dengan cukup lugas bahwa ini adalah buku yang paling penuh aksi setelah Hailstorm, dan memiliki karakter yang berkesan bagi pembaca. Lalu salah satu hal utama bagi saya; akhirnya Vandaria punya strong lead female character lagi setelah Ratu Seribu Tahun. 

Aku benar-benar 'menempel' dengan karakter Lyse. Ia seakan merupakan sebuah sosok gadis yang biasa, tipe anak perempuan ceria dan disukai banyak orang, tipe yang dapat kau temui di banyak tempat. Akan tetapi, di saat yang bersamaan ia juga menunjukkan ketangguhan dan keberanian yang luar biasa, sikap yang membuatnya terasa sangat spesial di saat yang bersamaan. Karakter Leofric juga sangat menggugah. Kita dapat merasakan sekali sikap protektifnya yang berlebihan kepada Lyse, disertai dengan rasa kekhawatirannya yang mendalam. Ia juga sangat keren, terutama sebagai cowok. Eh, maksudku sikap menyebalkannya kepada Skys sangat menarik bagiku, dan juga dengan ditambah dengan berbagai sihir dan kemampuan keren yang dimilikinya (kemampuan memerintah deimos? pedang darah? Keren banget!).

Karakter yang kurang terasa 'pas' bagiku adalah karakter Skys. Mungkin karena kita membaca cerita ini dari sudut pandang Lyse, aku jadi memandang Skys sebagai karakter yang terlalu sempurna. Coba kita data apa saja yang kita ketahui tentang ia; cowok cakep, memiliki keahlian yang luar biasa, selalu datang di saat yang paling dibutuhkan, dengan sangat gentle menawarkan bantuan saat Lyse membutuhkannya, tetapi di saat yang bersamaan karakternya terasa (agak) kosong. Mungkin memang wajar saya ia bersikap begitu, sesuai pendapat Lyse tentang bagaimana setelah bertahun-tahun ia telah melihat seluruh desanya dibantai, ditinggal mati kedua orangtuanya, dan dipaksa untuk melindungi diri. Akan tetapi, aku merasa ia hanya ..... begitu saja. Hmm, mungkin perbandingannya seperti ini: karakter Leofric terasa sangat 'berisi' seperti Jacob, tetapi karakter Skys terasa 'begitu saja' seperti Edward (eh, kenapa aku membandingkannya dengan Twilight?).

Cerita novel ini memang benar-benar penuh aksi, dari awal hingga akhir. Akan tetapi, tetap saja kita dapat merasakan konflik antara para karakternya. Sudah lama kita tidak membaca novel Vandaria sepenuh aksi itu sejak Hailstorm, sangat pantas untuk sebuah novel yang masuk jajaran Road to Pandora. Walaupun begitu aku merasa ada beberapa hal detail yang mengganjal dari segi detail cerita. SPOILER ALERT!!!

Pertama, tentang kebencian dan kengerian terhadap marga Raganwald. Sialnya, aku seorang newbie Vandaria sehingga walaupun aku (tentu saja) tahu tentang marga terkutuk, aku belum mendapatkan feel teror dan kebencian yang sedapat mungkin digambarkan oleh buku. Kedua, aku merasa
agak kecewa karena visi Leofric tentang Lyse hanya berakhir seperti itu. Alangkah hebatnya jika visi Leofric ini baru terjadi di konflik yang akan datang nanti (dengan kata lain, kita akan bertemu Lyse dan Leofric lagi!). Ketiga, aku sebenarnya agak kecewa karena isi cerita NEDERA ternyata tidak 'semistis' dan 'sehoror' yang aku harapkan. Maksudnya? Hmm, aku agak berharap masalah deimos yang merasuki manusia itu lebih menjadi fokus dan misteri macam yoma di manga Claymore (lah, nggak nyambung!!).

Akhir kata, aku benar-benar sangat menikmati novel ini. Benar-benar senang berhasil mendapatkan novel ini ketika sedang terkurung di tengah kegiatan KKN. Jadi, saya tidak perlu menunggu 2 bulan deh untuk baca novel Vandaria terbaru ini. Dan, tentu saja semakin penasaran untuk membaca flagship title Vandaria tahun ini, Pandora (apapun judul finalnya nanti!). Apa Anda dengar bang Fachrul??? Yah, walau saya bingung judul novel Vandaria mana yang lebih saya tunggu, Sang Raja Tunggal atau Pandora (^_^).

1 comment:

  1. Wah... Ini kelanjutan hailstorm ya?
    Maklum,ane baru mengenal vandaria lewat hailstorm kemarin.
    Itu skys ama faye anak fleta,salah satu tokoh pemanah di hailstorm.
    Dan deimos masuk tentu saja lewat grand arknya orbis,atau mungkin amurdad mengendalikan justina hailstorm(merryweather) untuk membuat grand ark.
    Merryweather sama lavinia kan udah dikasih kekuatan frameless dari amurdad.
    Oke,itu aja kak koment dari saya,thanks udah ndengerin orang gila ngoceh ;D

    ReplyDelete