Kali ini, kita akan berbicara tentang seorang pengarang yang sangat terkenal karena keakuratan fakta yang menjadi latar belakang kisahnya. Hmm.. siapa lagi kalau bukan sang penulis The Da Vinci Code yang fenomenal, Dan Brown. Hanya saja, kita akan membicarakan karyanya yang lain, yakni sebuah thriller teknologi Digital Fortress.
Berkisah tentang seorang wanita bernama Susan Fletcher. Ia adalah seorang Kepala Divisi Kriptografer di National Security Agency (NSA). NSA adalah organisasi penting Pemerintah AS. NSA mengumpulkan data intelijen elektronik dari seluruh dunia dan melindungi informasi rahasia milik Amerika Serikat selama lebih dari setengah abad. Begitu pentingnya posisi NSA sehingga FBI dan CIA pun sangat tergantung kepada data yang mereka kumpulkan.
Posisi penting NSA ini mengutamakan kemampuan mereka untuk memecahkan berbagai jenis sandi, kode, alogaritma, dan apapun yang mencegah mereka dari mendapatkan informasi. Di saat dunia komputer sekarang memungkinkan tercipta alogaritma baru dan rumit, dibutuhkan sebuah terobosan. Untuk itulah NSA menciptakan sebuah maha proyek untuk membuat sebuah super komputer yang dapat menemukan apapun kunci sebuah kode maupun alogaritma, yang bernama TRANSLTR. Dengan keberadaan komputer ini, kode apapun itu dapat dipecahkan NSA. Hal inilah yang mempertahankan kehidupan dunia intelijen AS.
Suatu hari Susan Fletcher dipanggil oleh atasannya, Komandan Strathmore, Wakil Direktur Operasional. Untuk pertama kalinya, TRANSLTR gagal memecahkan sebuah kode. Alogaritma luar biasa ini diciptakan oleh seorang mantan kriptografer NSA, seorang jenius bernama Ensei Tankado. Ia menentang penggunaan TRANSLTR untuk mengintip semua komuniksi publik tanpa pengawasan. Ia menjunjung hak setiap orang untuk memiliki privasi. Maka, ia menciptakan sebuah alogaritma sederhana, tetapi tak bisa terpecahkan, yang disebutnya Digital Fortress (atau, Benteng Digital).
Perbuatan Tankado ini menyandera NSA, dan mengancam nyawa dunia intelijen AS. Tankado mengancam akan mempublikasikan Benteng Digital, memberikannya pada semua orang, dan secara otomatis akan membunuh intelijen AS. Setiap rencana mematikan (terorisme, kudeta, dll.) dapat dibicarakan dengan bebas dan intelijen AS tak bisa tahu sama sekali. Sebuah anarki akan tercipta. Susan Fletcher berusaha sekuat tenaga untuk mencegah publikasi Benteng Digital, demi perusahaan yang dipercayai dan demi negaranya.
Tetapi, Benteng Digital ternyata bukanlah seperti yang diduga. Dan, ancaman yang diberikannya jauh lebih besar dibandingkan sekedar menciptakan sarana komunikasi tak-bisa-ditembus. Keberadaannya akan membawa dunia pada chaos luar biasa, sebagai akibat dari teknologi informasi, yang tidak bisa dicegah. Susan Fletcher terhimpit dari berbagai sisi. Ketika semua yang dipercayainya ternyata mengkhianatinya, dan ketika taruhannya bukan hanya negara, tetapi juga orang yang dicintainya.
LUAR BIASA!! Itulah pendapat saya soal buku ini. Sedikit cerita, sewaktu saya terhanyut dalam buku ini, saya teringat betapa buku-buku Dan Brown membuat kaget ketika tahu siapa tokoh dibalik semua kengerian (Ingat kan!). Maka saya juga siap mental. Hanya saja .. ternyata kejutannya tidak seperti yang saya duga (tut..tut.., baca aja). Selain itu, kejutan berlapis-lapis (di dalam kejutan ada kejutan lain) dan pemecahan rahasia rumit yang ternyata tidak terpikir sama sekali memang membuat melongo. Dan Brown benar-benar bukan sekedar penulis berdasar fakta tetapi juga master bahasa dan kata-kata yang mengagumkan (^_^).
No comments:
Post a Comment