Saturday, March 06, 2010

Sebuah Catatan Masa Kelam. Behind Closed Door

Tidak semua orang memiliki masa kecil yang menyenangkan. Banyak orang yang mengalami masa kecil yang menyedihkan dan terperangkap di dalamnya tanpa mampu melanjutkan kehidupan. Tetapi, ada juga yang mampu berjalan dengan tegar melewati masa-masa sulit itu. Rekam jejak salah satu dari orang-orang tegar itu lah yang akan aku tuliskan di sini. Sebuah buku inspirasional yang membuka mata kita, bahwa ada banyak anak yang menderita karena keluarga mereka di luar sana. 

Behind Closed Doors adalah sebuah buku yang berisi kisah masa kecil Jenny dan saudara-saudaranya. Sebagai salah satu dari 5 bersaudara, ia mengalami masa kanak-kanak yang penuh teror dan kebejatan moral. Seorang ayah, yang seharusnya menjadi sosok pelindung, justru menjadi ancaman. Seorang ibu yang seharusnya merupakan sumber kasih sayang, hanya menatap dan membiarkan penderitaan anak-anaknya berlanjut. Jenny menuliskan kisah ini untuk menyadarkan kita: walaupun masa ini sudah berubah, masih banyak anak yang mengalami nasib demikian.


Jenny, kakak laki-lakinya, Laurence, dan adik perempuannya, Kim sejak kceil sudah terbiasa dengan kekerasan di rumah mereka. Saat mereka masih terlalu kecil untuk memahami apa yang terjadi, mereka sudah tahu bahwa ayah mereka selalu menyiksa ibu mereka. Ibu mereka tak pernah melawan, walaupun untuk membela anak-anaknya, tak pernah ia melawan suaminya. Satu-satunya cara ia melindungi anak-anaknya adalah mengirim mereka ke luar rumah untuk menghindari ayah mereka.

Mereka tidak pernah merasa nyaman di dekat ayah mereka. Ia dapat memukul atau menampar mereka secara tiba-tiba, tanpa alasan apapun. Baginya anak-anaknya hanya berguna untuk tiga hal: mendapatkan jaminan sosial, memeras uang Bibi, dan objek pelecehan seksualnya.

Merupakan keajaiban bagaimana Jenny, Kim, dan Laurence dapat tumbuh dengan baik. Hal ini - seperti yang dijabarkan Jenny dengan detilnya - adalah jasa Bibi. Sebenarnya, beliau adalah bibi dari ibu mereka, tetapi Jenny, Kim, dan Laurence tetap memanggilnya Bibi. Saat ayah mereka sedang ingin menyingkirkan mereka dari rumah, ibu mengirim mereka ke rumah Bibi. Bibi-lah yang memberikan kehangatan, kasih sayang, dan tempat berlindung. Beliau-lah yang mengajarkan mereka bagaimana hidup secara terhormat dan mendorong mereka untuk mengejar masa depan. Saat-saat ketika Bibi sakit dan akhirnya meninggal saat Jenny berusia 15 tahun adalah saat-saat paling menyiksa bagi Laurence, Jenny, dan Kim. Seperti yang ditulis Jenny dalam buku ini, "aku tidak tahu akan menjadi apa kami tanpa Bibi." 

Satu-satunya cara untuk lari dari kekejaman ayah mereka adalah tumbuh dewasa dan meninggalkan rumah. Karena kepandaiannya, Laurence dapat melanjutkan sekolah dan tinggal bersama Bibi. Jenny menghabiskan waktunya dengan bekerja dan bersama teman-temannya. Kim masih terjebak di rumah, tetapi ia melawan ayahnya untuk melindungi kedua adik termudanya, Chris dan Carole. 

Kim berusaha melindungi adik-adiknya, sampai suatu hari Kim melaporkan ayahnya ke polisi dengan tuduhan memperkosa Carole. Momen ini digunakan Laurence dan Jenny untuk mndorong ibu mereka untuk bercerai. Semua bukti sudah terkumpul, tetapi semuanya gagal ketika ibunya memutuskan tidak jadi bercerai, menunjukkan betapa ayah mereka begitu menguasai ibu mereka. Jenny dan Kim merasa gusar, tetapi Laurence-lah yang paling muak. Ia bersumpah bahwa ia tidak akan pernah menginjakkan kaki di rumah lagi.

Tahun-tahun telah lewat, menunjukkan bahwa Jenny dan saudaranya telah berhasil melewati masa yang amat mengerikan itu. Kim menikah dengan cinta sejatinya, Graham, dan memiliki dua anak. Jenny menemukan kehidupan bahagia bersama suami keduanya, Alan. Jenny dan Kim tetap menjalin hubungan yang amat dekat, berbeda dengan Laurence. Laurence sejak kecil sudah menunjukkan bakat dan ambisinya. Ia telah menjadi pengusaha yang sukses dan kaya raya. Laurence tetap dekat dengan adik-adiknya, hanya saja kehidupan mereka berkembang ke arah yang berbeda. Tetapi, ini semua menunjukkan bahwa mereka mampu melewati semua rintangan dan menemukan kehidupan mereka yang sesungguhnya.

Buku ini mengajarkan kita banyak hal. Mengenai betapa kuatnya cinta dan kebersamaan itu. Menunjukkan bahwa bersama cinta kasih, hidup dapat berubah menjadi lebih baik, tak peduli betapa mengerikannya apa yang kita alami. Mengajarkan pada kita bahwa hidup harus terus berlanjut, tak peduli sebanyak apa halangannya.

"Buku ini untuk anak-anak yang menderita dalam kesunyian, kesepian, dan ketakutan".

Artikel Terkait :




No comments:

Post a Comment