Saturday, October 31, 2009

Kisah yang Sering Terlupakan, Cerita Calon Arang

Kita sudah sering mendengar cerita rakyat. Cerita itu diwariskan dari mulut ke mulut dan sudah banyak yang mulai dilupakan. Tetapi, kali ini aku tidak akan berkisah tentang cerita rakyat itu secara umum, alias versi yang ada di masyarakat. Aku ingin bercerita tentang Calon Arang dari sudut pandang penulis Indonesia yang begitu melegenda, Pramoedya Ananta Toer, dalam salah satu bukunya, Cerita Calon Arang.

Cerita Calon Arang berkisah tentang seorang perempuan tua yang jahat. Ia adalah pemilik teluh hitam dan pengisap darah manusia yang senang melihat manusia-manusia lain menderita. Ia pongah. Ia tidak bersedia ditentang. Semua "lawan politik" dibunuhnya. Ia punya banyak ilmu ajaib untuk membunuh orang, dan banyak murid untuk membantunya.

Cerita Calon Arang mengambil setting di masa pemerintahan Raja Erlangga dari kerajaan Daha (Kediri). Kerajaan Daha adalah kerajaan yang besar, dipimpin oleh raja mereka yang bijaksana. Namun, suatu hari, teror amat mengerikan mengancam seluruh negeri. Teror itu adalah sebuah penyakit mematikan yang disebarkan ke seluruh negeri oleh tak lain dan tak bukan, seorang wanita bernama Calon Arang.

Calon Arang adalah seorang pendeta wanita kuil Dewi Durga. Ia dikenal sebagai seorang wanita kejam yang sakti sehingga tidak ada orang yang berani menentangnya. Walaupun begitu, ia masih memiliki (satu-satunya) sisi baik, yakni kasih sayangnya kepada putrinya yang cantik jelita, Ratna Manggali. Sayangnya, walaupun Ratna Manggali cantik jelita dan berbudi baik, tidak ada pemuda yang berniat meminangnya karena ketakutan mereka pada Calon Arang.

Calon Arang yang merasa terhina karena perlakuan mereka pada putrinya lalu meneluh Kerajaan Daha. Ia bersama murid-muridnya memohon pada Dewi Durga untuk mengirimkan penyakit kepada semua warga Daha. Penyakit mematikan itu pun merajalela. Tidak ada yang dapat menghentikannya, baik para prajurit kerajaan maupun empu-empu sakti lainnya. Sampai akhirnya seorang empu sakti bernama Empu Baradah berhasil memunahkan teror ini dan mengembalikan kehidupan masyarakat Daha yang berantakan ke jalan yang benar dan damai.

Bukan Pramoedya namanya kalau tidak menulis kisahnya dengan tajam. Dengan tajamnya, sosok Calon Arang digambarkan sebagai "mesin pemusnah kemanusiaan", sebuah gambaran tentang sosok iblis di hati manusia. Beberapa aktivis feminis sering mengkrtitik tulisan Pramoedya ini dengan tajam sebab di dalamnya bias gendernya sangat jelas, tentang sosok perempuan kejam bernama Calon Arang dan murid-muridnya. Well, aku tidak sependapat. Menurutku, "iblis" bisa ada di hati manusia manapun. jika kau memang berniat untuk bertobat, Tuhan akan memaafkanmu, tetapi bila tobatmu hanya pura-pura, Ia juga mengetahuinya.

"Semua manusia bersaudara satu sama lain. Karena itu tiap orang yang membutuhkan pertolongan harus memperoleh pertolongan. Tiap orang keluar dari satu turunan, karena itu satu sama lain adalah saudara." - Pramoedya Ananta Toer

Artikel Terkait :




No comments:

Post a Comment