Tuesday, January 15, 2013

Vandaria Saga: Redfang

Nah, berhubung dalam beberapa bulan terakhir ini saya berkenalan dengan dunia Vandaria, saya kena panah "cupid" dunia fikfan Indonesia. Jadi, posting ini sekaligus 'meresmikan' label baru di blog ini: Fikfan Indonesia.

Bagi kalian yang belum berkenalan dengan dunia Vandaria, penjelasan sederhana tentang Vandaria adalah ini merupakan proyek anak bangsa dimana penggiat kreatif Indonesia dari berbagai kalangan (novelis, komikus, ilustrator, programer, dll) bersama menciptakan karya-karya dengan latar dunia yang sama: Dunia Vandaria. Bersama menciptakan sebuah karya yang luar biasa. Jadi, Vandaria terdiri dari berbagai lini produk; novel fantasi, trading card games, komik, dan (semoga) film sampai game RPG!!!!! Semuanya dengan satu latar sama, yakni Vandaria, dengan dasar hikayat yang sama, tetapi dapat berbeda tokoh, tempat, atau waktu. Kebebasan tetap pada penulis selama sesuai dengan pakem dasar (Deskripsi ini benar tidak ya, para sesepuh?).

Nah, dari sekian banyak novel Vandaria, mana dulu yang akan saya review. Berhubung bulan Januari ini sedang demam novel terbaru, jadi isaya rasa novel itu dahulu yang saya review. Jadi mari kita bahas dulu novel Vandaria bulan Januari ini: Redfang, by bos abang Fachrul R.U.N. Bagi pihak yang sudah mengenal nama ini, pasti paham bahwa tulisan penulis yang satu ini menjamin sebuah kisah yang dahsyat, tapi sadis bin kejam dan persiapkan diri dengan kematian tokoh penting. Ruler of nightmare yang satu ini memang tidak punya rasa empati untuk karakter ciptaannya sendirii (^_^).

Jadi, Redfang adalah salah satu novel Vandaria yang berseting waktu pada era Kristal Merah (era ini sekitar 1 IV-250 IV. Semoga saya tidak salah ingat). Era ini adalah era kritis yang merupakan masa transisi antara era  Vandaria yang sebelumnya didominasi kaum frameless dengan era dimana manusia dan frameless hidup setara, bersama dengan damai. Untuk yang belum tahu, frameless adalah ras khusus selain manusia yang hidup di Vandaria dan memiliki berbagai keistimewaan seperti usia panjang, penampilan fisik, dan kemampuan sihir. Sederhananya, dapat bayangkan saja karakter elf khusus dunia Vandaria. 

Kisah kita ini mengambil seting tempat di salah satu kerajaan manusia, yakni Kerajaan Blackmoon. Tokoh utama kita adalah Cassius Redfang, pemimpin keluarga Redfang, salah satu keluarga bangsawan yang dihormati di Kerajaan Blackmoon. Posisinya sebagai penguasa Redfang ternyata tidak didapatnya dengan bersih. Delapan tahun sebelum kisah ini dimulai, Cassius membunuh adiknya, Velius, demi mendapatkan posisi warisan ayahnya ini. Pembunuhan yang dirancang secara hati-hati dan penuh rahasia ini berhasil membawanya menjadi penguasa Canivius. Semuanya berjalan lancar, hingga istrinya mendapat mimpi ganjil yang menyatakan bahwa adiknya, Velius, ternyata telah kembali.

Awalnya, Cassius tidak mempercayai istrinya. Istrinya, Avenia Mordino, adalah wanita yang ia cintai sepenuh hati. Akan tetapi, dahulu ia merupakan tunangan Velius dan hubungan mereka amat erat. Hilangnya Velius membuat Avenia depresi hingga bahkan nyaris terjerumus ke kegilaan. Cassius tetap mencintai dan melamarnya, tetapi ia sadar sepenuhnya bahwa istrinya belum dapat melupakan Velius. Itulah mengapa awalnya ia tidak menganggap serius celotehan istrinya. Sampai saat istrinya menyebut-nyebut tentang hutan dimana ia membunuh adiknya itu.

Entah ini adalah keajaiban, berkat Vanadis, atau hanya perbuatan seorang penipu, di hutan itu Cassius benar-benar bertemu dengan adiknya, Velius, yang seharusnya sudah ia bunuh delapan tahun yang lalu. Velius menunjukkan bahwa ia mengingat semua yang telah dilakukan oleh Cassius, dan bertekad untuk membuat Cassius membayar semua itu. 

Secara perlahan dan menyakitkan, rasa khawatir menggerogoti batin Cassius. Karena semua yang ia miliki dan perjuangkan kini berada di ujung tanduk. Semua usahanya untuk mempertahankannya gagal dengan kematian para pendukung dan orang kepercayaannya. Ketika orang yang seharusnya mendukungnya bahkan menelikungnya dari berbagai sisi. Apakah ia memang berhak menerima ini semua? Ataukah ini memang hukuman dari Vanadis? Atau adakah sesuatu yang lain?

Setelah berhasil mengentak para Vandarian dengan survival horror-nya yang super dahsyat di Hailstorm, bang Fachrul sekarang mencekam para Vandarian dengan psychologycal horror-nya di Redfang. Saya memang bukan ahli teknik kepenulisan, tetapi saya merasa abang Fachrul memang selalu selangkah lebih maju secara teknis daripada penulis Vandaria lain. Bukannya mengenyampingkan penulis Vandaria lain, tetapi bang Fachrul menampilkan sesuatu yang baru di Redfang: tokoh utama yang lebih ke arah anti-hero.

Saya jadi ingat waktu menyampaikan kekhawatiran ini di grup FB Vandaria Saga. Karakter tokoh utama yang agak berbeda (baik itu protagonist-villain atau lebih ke anti-hero) punya potensi menghasilkan dua hal: epic failure ato epic success. Sista Melody Violine menjamin epic success dan bang Ami Raditya menyatakan high risk, high return. Saya sepakat dengan semua opini itu. Redfang benar-benar berhasil mencekam  dengan sudut pandang Cassius yang jelas lebih ke arah anti-hero. Jadi, penggunaan anti-hero di sini sukses untuk kisah Redfang secara keseluruhan.

Sayang sekali, ada kata "tetapi" di sini.

Beberapa review Redfang yang pernah saya baca menyatakan bahwa banyak pembaca merasakan simpati yang besar pada Cassius. Oke dia emang brengsek. Dia sudah membunuh saudaranya sendiri dan masih yakin bahwa itu hal yang benar. Akan tetapi, semua hal itu ternyata menyiksanya. Tekanan di sepanjang kisah membawanya mengambil keputusan untuk mengambil tindakan ekstrim (nggak mau spoiler). Ia memang tokoh yang sangat pantas untuk mendapat simpati, tetapi entah kenapa saya merasa I don't care at all. Aku tidak terlalu peduli dengan nasib Cassius. Aku akan mencoba jelaskan di bawah ini

Mungkin, saya tidak menyukai karakter Cassius karena ia sangat lemah. Saya paham bahwa ini adalah karater yang ingin ditampilkan penulis (a.k.a bang Fachrul), tetapi tidak berarti saya harus menyukainya. Saya berpendapat bahwa jika ia punya cukup nyali untuk membunuh adiknya dan bahkan yakin bahwa yang ia lakukan itu benar, bukankah seharusnya ia lebih kuat. Tidak masalah jika ia tetap digerogoti rasa bersalah karena itu adalah hal yang sangat wajar, tetapi harusnya ia cukup kuat untuk menahan itu. Memang bukan masalah jika akhirnya ia hancur juga seperti yang memang terjadi pada Cassius, tetapi saya merasa lebih baik jika ditunjukan dahulu kekuatan tekad itu. Cassius langsung dijabarkan langsung begitu depresi dan tertekan dengan kembalinya Velius, tidak terlihat kekuatan tekadnya. Mungkin, akan lebih baik jika depresinya bertahap saja. 

Saya mencoba menggali ingatan tentang karakter anti-hero di kisah yang pernah kubaca. Akan tetapi, dasar kebanyakan baca, saya tidak bisa menemukannya. Ada satu yang agak mirip, karakter Michael di manhwa Ares. Ia brengsek yang nggak menyesali perbuatannya macam Cassius. Ia bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan dan depresi (hingga flashback di bagian akhir), tetapi itu cukup untuk membuat semua pembaca bersimpati. Saya mungkin salah ambil contoh, tetapi itu yang saya ingat. 

Ini juga mungkin karena saya lebih suka alur dimana karakternya bermental kuat, tetapi teror dan depresinya akhirnya membuatnya hancur juga. Jadi, ini memang selera pribadi. Seperti penjabaran saya di awal tadi, secara keseluruhan kisah Redfang, karakter Cassius itu sudah benar-benar pas di kisahnya. Akan tetapi, secara terpisah dan murni penceritaan karakter, saya kurang suka dengan sikap (cederung) pengecut yang dimiliki Cassius. Akan tetapi, saya tetap mengakui penggambaran Cassius yang sangat manusiawi ini merupakan sebuah penyegar yang bagus di antara semua novel Vandaria saat ini.

Ada juga beberapa masalah logika sehubungan dengan identitas Veluis. Akan tetapi, karena itu cenderung spoiler berat saya tampilkan di review saya di Goodreads.

Pertikaian politik adalah sesuatu yang saya paham adalah bagian yang sangat penting di Redfang. Akan tetapi, jujur saya tidak terlalu dapat menikmatinya walaupun politik adalah favorit saya. Banyak kisah pada bagian ini yang saya lewat, kecuali bagian dimana kita bertemu karakter favorit saya; the one and only, Justina Hailstorm. Jadi, kita langsung lompat ke bagian yang saya suka.


Justina! That freaky woman is awesome. Penjabaran karakternya benar-benar membuat penasaran dan merinding, sangat berbeda dengan aura ceria yang ia tampilkan di Hailstorm. Mungkin, perbedaan ini terasa karena sudut pandang di Redfang adalah tokoh-tokoh yang tidak mengenal Justina sebelumnya. Aura Justina sewaktu saya membaca buku ini benar-benar terasa seperti ketika saya merasakan aura Galbatorix dari membaca novel! Tentunya, saya yakin para pembaca sepakat untuk "menuntut" lebih banyak Justina di kisah-kisah selanjutnya.

Bagi yang belum membaca kisah Vandaria lain dijamin penasaran dengan karakter Justina ini. Mungkin kalian menduga-duga apakah ia adalah villain tersembunyi. Jawabannya: YA, ini sudah bukan rahasia lagi. Akan tetapi, kapan dan bagaimana adalah pertanyaan yang baru dapat dijawab nanti.

Masalah ilustrasi novel ini adalah hal yang menarik. Ilustrasi adalah kelebihan dari semua novel Vandaria dan biasanya saya memberikan perhatian lebih. Akan tetapi, jujur saja saya tidak memperhatikan ilustrasi di Redfang ini, jadi hanya sekilas lewat saja dan mengutamakan penggambaran di cerita novel. Akan tetapi, saya tetap merasa bahwa ilustrasinya yang lebih berkesan abstrak ini tepat sekali dengan tema Redfang. Justru, ilustrasi itu makin menegaskan kekelaman  dan tragedi pada novelnya. Lagi-lagi, saya menggunakan perbandingannya dengan manhwa Ares. Gambar di komik itu kasar, tapi justru karena itu realistisnya terasa sekali. Saya merasakan hal yang sama di ilustrasi Redfang ini.

Ending dan plot twist!!!! Jika sudah mengeal penulisnya, tidak seharusnya kita memprotes masalah ending tidak disangka yang selalu merupakan kelebihan bang Fachrul. Selain itu, ada juga epilog yang membuat orang penasaran. 

Saya berpendapat bahwa ini adalah ending yang paling pas untuk Cassius, dan sesungguhnya hanya sekali itu saya merasa simpati untuk Cassius. Saya juga ikut merasa lega bahwa ia akhirnya terbebas dari semua penderitaannya. Saya juga ingin berkomentar tentang epilog kisah ini yang benar-benar memiliki kesan menjanjikan sebuah kisah yang lebih dahsyat untuk selanjutnya. Secara resmi BUKAN sekuel, tetapi tetap merupakan sebuah kisah lanjutan. Penulisan ini psati menjami orang penasaran untuk membaca buku selanjutnya. Pendapat saya sebagai anak Fakultas Ekonomi: sebuah metode pemasaran yang baik sekali.

Terakhir, masalah sampulnya. Sudah merupakan tradisi bagi semua novel Vandaria bahwa sampul novelnya adalah ilustrasi tokoh. Sekali lagi, novel ini membuat gebrakan berbeda dibandingkan novel Vandaria yang lain. Redfang tetap menggunakan ilustrasi tokoh sebagai gambar sampul cover, tetapi memiliki keunikan tersendiri (terinspirasi kartu, saya rasa) Penggambaran Cassius dan Velius di sampul itu terasa tepat sekali. Kita juga merasa mendapat makna simbolis dari gambar sampul itu. Bukan sesuatu yang mengherankan mengingat siapa yang ada di balik desain sampul ini.

Novel ini harus masuk daftar baca Anda, entah Anda penggemar Vandaria atau bukan. Novel ini stand alone jadi tidak ada kewajiban untuk membaca novel Vandaria lain, walaupun taruhan Anda pasti penasaran ingin membaca Hailstorm (pendahulunya) dan kelanjutan kisah ini yang pastinya bermuara ke Pandora arc, salah satu kisah utama Vandaria.

Empat jempol dan 4,5 bintang Goodreads buat novel yang satu ini!!

Artikel Terkait :




1 comment: