Tidak pernah aku mengira dapat menemukan perasaan ini pada buku fantasi dengan latar belakang seting dan mitologi Asia (baca: Cina dan Jepang). Terakhir kali aku baca buku novel bersetting itu adalah Silver Phoenix dan Kisah Klan Otori, mulai dari Accross the Nightingale Floor sampai Harsh Cry of the Heroin. Keduanya tidak dapat memuaskanku, walau alasannya berbeda. Silver Phoenix mengecewakanku dari segala aspek sedangkan akhir Kisah Klan Otori membuatku melempar buku keempatnya itu ke jendela (beneran lho!).
Jadi, buku yang benar-benar membuatku sesak napas saking terperangahnya adalah kisah dwilogi-nya Allison Goodman, kisah para Punggawa Naga di Eon dan Eona. Berhubung aku orang yang sangat menghargai keteraturan, jadi mari kita masuki dunia para naga lewat Eon: Lahirnya Sang Punggawa Naga.
Kisah ini bersetting di Negeri Naga Kayangan, sebuah negeri yang gampangnya bayangkan saja Cina dan Jepang di era feudalismenya (walaupun menurutku kisah Eon lebih cenderung ke Cina). Negeri ini dilindungi oleh kedua belas naga elemen, yang menjaga keteraturan alam di wilayah mata angin mereka. Kedua belas naga ini dinamakan berdasar dua belas shio Cina, jadi mulai dari Naga Harimau, Naga Kerbau, Naga Kuda, sampai Naga Naga yang disebut Naga Kembar. Rakyat Negeri Naga Kayangan bergantung kepada para Punggawa Naga, manusia yang dapat bersatu dan mengakses dunia energi para naga, untuk menjaga mereka dari bencana alam karena tanah dan air. Sayangnya, sejak 500 tahun yang lalu, Naga Kembar menghilang dan mengakibatkan kekosongan di wilayah timur.
Setiap tahun, seekor naga akan Bangkit sesuai siklusnya. Pada tahun itu juga akan diadakan pemilihan untuk murid Punggawa Naga, penerus kekuatan untuk naga yang Bangkit pada tahun tersebut. Anak yang terpilih akan menjadi murid selama 11 tahun untuk akhirnya menjadi Punggawa Naga penuh sekaligus memimpin kesebelas Punggawa Naga lainnya, saat naganya Bangkit di tahun ke-12. Punggawa Naga sebelumnya akan pensiun dan siklus akan terus berlanjut.
Eon adalah murid Bangsawan Brannon, mantan Punggawa Naga Harimau. Di bawah didikan master-nya, ia dipersiapkan untuk menghadapi upacara pemilihan untuk Punggawa Naga Tikus. Gurunya amat berambisi untuk mensukseskan Eon karena berharap memperoleh kembali kejayaan lamanya. Eon adalah anak yang istimewa. Ia mempunyai kemampuan untuk melihat dunia energi dan melihat kesebelas naga sekaligus (minus Naga Kembar yang hilang), sebuah kemampuan yang bahkan tidak dimiliki Punggawa Naga. Sayangnya, cacat di pinggul Eon membuatnya tidak dipandang oleh para bangsawan ataupun kandidat lainnya.
Tapi, ada rahasia lain yang dipendam Eon dan gurunya. Sebenarnya Eon adalah seorang perempuan. Ambisi gurunya membuat mereka berdua menutup rahasia ini rapat-rapat dengan harapan Eon dapat terpilih menjadi Punggawa Naga. Seperti yang sudah dipercaya selama 500 tahun, perempuan tidak memiliki tempat di dunia sihir naga. Hukuman untuk penipuan seperti ini adalah kematian. Tetapi, Eon dan gurunya berani mengambil resiko karena mereka melihat peluang, dan ini adalah taruhan terakhir mereka. Orang-orang lain memandang remeh Eon karena ia seorang cacat, tetapi seperti kata Lord Brannon "Kau tidak tahu bagaimana seekor naga memilih".
Eon gagal saat upacara pemilihan Punggawa Naga Tikus. Naga Tikus memilih temannya Dillon, yang sebelumnya juga dipandang remeh. Akan tetapi, kegagalan ini adalah awal untuk sesuatu yang besar. Saat penghormatan terakhir, Eon melihat seekor naga yang belum pernah dilihatnya. Naga Kembar. Naga yang Hilang. Naga itu menawarkan mutiaranya kepada Eon, menawarkan kekuatannya. Takdir membawa Eon menjadi Punggawa Naga Kembar pertama setelah 500 tahun, sekaligus Punggawa Naga yang Bangkit karena tahun ini Naga Kembar Bangkit bersama Naga Tikus.
Terpilihnya Eon menjadi Punggawa Naga Kembar menyeretnya langsung ke jantung intrik politik Kerajaan. Sebagai Punggawa Naga Kembar yang Bangkit, pihak Kaisar dan keluarga kerajaan berusaha menariknya ke pihak mereka untuk menantang pengaruh saudara tiri Kaisar, High Lord Sethon, yang mencoba merebut takhta. Keberpihakan Eon diperlukan oleh pihak Kaisar karena High Lord Sethon didukung oleh Lord Ido, Punggawa Naga Tikus yang Bangkit, posisi yang membawanya menjadi Pimpinan Dewan Punggawa Naga. Di sini, Eon berhadapan langsung dengan Lord Ido karena sebagai Punggawa Naga Kembar yang Bangkit, secara teknis ia juga menjadi Pimpinan Bersama di Dewan.
Ketika langkah yang harus ditempuh semakin kelam, Eon dihadapkan pada DUA masalah yang sangat besar. Pertama, identitasnya yang sebenarnya sebagai perempuan. Kedua, kenyataan bahwa ia tidak dapat memanggil kekuatan Naga Kembar karena Penyatuan mereka saat upacara yang tidak berjalan lancar. Naga Kembar meminta sesuatu yang tidak dapat Eon berikan, jatidirinya sebagai Eona, seorang perempuan. Jatidiri yang pastinya menyeretnya ke kematian. Dimulai langkah Eon yang berat, menantang High Lord Sethon dan Lord Ido, menjaga Kerajaan, menyelami dunia keduabelas naga yang luar biasa, dan akhirnya menemukan jatidirinya.
Beautiful and awesome!! Itulah kesan pertamaku saat membaca buku ini, terutama waktu pertama kali lihat cover-nya. Aku jarang menemukan buku yang dari awal sampai akhir membuat jantungku berdetak karena excited. Biasanya cuma di awal atau di akhir (^_^). Setiap karakternya yang kuat, deskripsi yang keren, dan pesan terkandungnya. Jarang sekali ada novel yang side character memiliki porsi besar dan memorable bagi pembaca. Pembaca tentunya memiliki perasaan khusus pada karakter seperti Dela dan Ryko (side character paling utama), Rilla dan Chart, atau bahkan karakter minor seperti Lord Brannon dan rekannya, Lord Tyron. Atau bagaimana dengan Goodman menggambarkan hubungan pertama antara Eon dengan Pangeran Kygo, atau bahkan karakter Lord Ido yang awalnya kuanggap tipikal antagonis biasa dan semakin menarik perhatianku di akhir (*spoiler* Soal Pangeran Kygo dan Lord Ido, tunggu sampai kalian membaca EONA, he-he).
Pesan gender juga amat kuat di sini. Oh, ya ampun, aku suka banget semua novel yang tokoh utamanya perempuan. Apa saja pesan di sini? Jelas banget. Dari Eon dan Naga Kembar-nya tercinta, kita jadi mengetahui bahwa menjadi perempuan bukan kekurangan, bahkan dapat menjadi kelebihan yang melebihi para lelaki (oh,yeah!). Dari Dela, tentang penerimaan diri dan toleransi. Status Della sebagai contraire yang dipandang tinggi di sukunya, tetapi dipandang rendah di Istana juga memberi pesan tentang adanya perbedaan nilai yang dianut masyarakat berbeda. Lalu, ada Ryko. Itu baru definisiku tentang laki-laki (mode cewek: on), sikap mengutamakan tugas dan melindungi yang dicintai.
Sialan, tetapi tetap saja ada beberapa poin yang kurang aku sukai (bukan berarti jelek, lho!). Aku ingin lebih banyak aksi, entah dalam bentuk latihan atau pertarungan betulan. Para Punggawa Naga memang tidak boleh menggunakan kekuatan mereka untuk perang, tetapi kondisi sudah segenting ini semua bisa berubah. Bagian akhir ketika Lord Ido dan Naga Tikusnya melawan Eon dan Naga Kembarnya adalah clash yang aku tunggu-tunggu, walau tidak sesuai harapan. Aku juga lebih ingin Eon lebih ahli dengan pedangnya, bukan hanya karena ia menggunakan kenangan Kinra. Seharusnya berikan aksi pedang yang lebih banyak, please.
Lalu, ada High Lord Sethon. Aku tahu bahwa antagonis utama di buku ini adalah Lord Ido, tetapi aku tetap saja ingin Sethon ditampilkan lebih. Saat-saat ketika ia muncul dan bertindak membuat aku merasa dingin, padahal dia jarang muncul. Rasanya seperti membaca deskripsi Galbatorix lagi, owh. Sialnya, berhubung aku sudah membaca EONA, aku juga sudah tahu bagaimana pengembangan karakter Sethon yang tidak sesuai harapanku, tetapi aku tidak akan protes di sini.
Akhir kata: Selamat datang di dunia para Punggawa Naga. Lanjutkan petualangan Anda di pamungkas dwilogi ini; Eona: Punggawa Naga Terakhir.
Thx banget buat reviewnya. Bbrp waktu yg lalu ak sempet liat Eon di toko buku, tp langsung ak drop krn lagi males baca novel fantasi. Tp stlh baca postinganmu asli bikin penasaran & pengen baca. Mudah2an ak bisa segera nemu toko buku di tempat tinggalku skr (yg lebih terpencil dr kota sblmnya). Skalian mo beli Inheritance #hehe
ReplyDeleteudah pernah baca icylandar belum ....ulas donk
ReplyDelete